Kota Pekanbaru
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Pekanbaru adalah
ibu kota dan kota terbesar di provinsi
Riau,
Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa,
[3] termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi.
[4]
Pekanbaru dapat dijangkau melalui
Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di
Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku.
Saat ini Kota Pekanbaru berkembang menjadi kota dagang yang
multi-etnik, keberagaman ini telah menjadi modal sosial dalam mencapai
kepentingan bersama untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakatnya.
[5]
Sejarah
Sultan Siak beserta Dewan Menteri serta Kadi Siak tahun 1888
Perkembangan kota ini pada awalnya tidak terlepas dari fungsi
Sungai Siak sebagai sarana transportasi dalam mendistribusikan hasil bumi dari pedalaman dan dataran tinggi
Minangkabau ke wilayah pesisir
Selat Malaka. Pada abad ke-18, wilayah Senapelan di tepi Sungai Siak, menjadi pasar (
pekan) bagi para
pedagang dari dataran tinggi Minangkabau.
[6] Seiring dengan berjalannya waktu, daerah ini berkembang menjadi tempat pemukiman yang ramai. Pada tanggal
23 Juni 1784, berdasarkan musyawarah "Dewan Menteri" dari
Kesultanan Siak, yang terdiri dari
datuk
empat suku Minangkabau (Pesisir, Limapuluh, Tanah Datar, dan Kampar),
kawasan ini dinamai dengan Pekanbaru, dan dikemudian hari diperingati
sebagai hari jadi kota ini.
[7][8]
Berdasarkan
Besluit van Het Inlandsch Zelfbestuur van Siak No.1 tanggal
19 Oktober 1919, Pekanbaru menjadi bagian
distrik dari
Kesultanan Siak. Namun pada tahun
1931, Pekanbaru dimasukkan ke dalam wilayah
Kampar Kiri yang dikepalai oleh seorang
controleur yang berkedudukan di Pekanbaru dan berstatus
landschap sampai tahun
1940. Kemudian menjadi ibukota
Onderafdeling Kampar Kiri sampai tahun
1942.
[9] Setelah pendudukan
Jepang pada tanggal
8 Maret 1942, Pekanbaru dikepalai oleh seorang gubernur militer yang disebut
gokung.
Selepas kemerdekaan
Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal
17 Mei 1946 Nomor 103, Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut
Haminte atau
Kotapraja.
[8] Kemudian pada tanggal
19 Maret 1956, berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956
Republik Indonesia, Pekanbaru (
Pakanbaru) menjadi daerah otonom
kota kecil dalam lingkungan Provinsi
Sumatera Tengah.
[10] Selanjutnya sejak tanggal
9 Agustus 1957 berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 Republik Indonesia, Pekanbaru masuk ke dalam wilayah Provinsi
Riau yang baru terbentuk.
[11] Kota Pekanbaru resmi menjadi ibu kota Provinsi Riau pada tanggal
20 Januari 1959 berdasarkan Kepmendagri nomor Desember 52/I/44-25
[8] sebelumnya yang menjadi ibu kota adalah
Tanjung Pinang[12] (kini menjadi ibu kota Provinsi
Kepulauan Riau).
Geografi
Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur
Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti
Medan,
Padang dan
Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh
Kabupaten Siak pada bagian
utara dan
timur, sementara bagian
barat dan
selatan oleh
Kabupaten Kampar.
Kota ini dibelah oleh
Sungai Siak
yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar
antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim
tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga
35.6 °C, dan suhu minimum antara 20.2 °C hingga 23.0 °C.
[13]
Sebelum tahun
1960
Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah
menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan
kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun
1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun
1987
menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km², setelah Pemerintah
daerah Kampar menyetujui untuk menyerahkan sebagian dari wilayahnya
untuk keperluan perluasan wilayah Kota Pekanbaru, yang kemudian
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 1987.
[14] Kemudian pada tahun
2003 jumlah kecamatan pada kota ini dimekarkan menjadi 12 kecamatan.
[13]
[tampilkan]Cuaca untuk Kota Pekanbaru dan sekitarnya |
Kependudukan
Suasana perayaan tahun baru Imlek di kota Pekanbaru
Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak di Pulau Sumatera, setelah
Medan dan
Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan penduduknya.
Etnis
Minangkabau merupakan masyarakat terbesar dengan jumlah sekitar 37,96% dari total penduduk kota.
[16] Mereka umumnya bekerja sebagai profesional dan pedagang. Jumlah mereka yang cukup besar, telah mengantarkan
Bahasa Minang sebagai salah satu bahasa pergaulan yang digunakan oleh penduduk kota Pekanbaru
[17] selain
Bahasa Melayu atau
Bahasa Indonesia.
Selain itu, etnis yang memiliki proporsi cukup besar adalah
Melayu,
Jawa,
Batak, dan
Tionghoa. Perpindahan ibu kota Provinsi Riau dari Tanjungpinang ke Pekanbaru tahun 1959, memiliki andil besar menempatkan
Suku Melayu
mendominasi struktur birokrasi pemerintahan kota, namun sejak tahun
2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan berdirinya Provinsi
Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi
Riau.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai
petani pada masa pendudukan tentara
Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai pekerja
romusha
dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun 1950 kelompok
etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota Pekanbaru.
Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan menjadi kawasan
perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat ini mencari lahan
penganti di luar kota namun banyak juga yang beralih okupasi.
Berkembangnya
industri terutama yang berkaitan dengan
minyak bumi,
membuka banyak peluang pekerjaan, hal ini juga menjadi pendorong
berdatangannya masyarakat Batak. Kelompok etnik ini umumnya bekerja
sebagai
karyawan, dan memiliki ikatan emosional yang kuat terutama jika
semarga dibandingkan kelompok etnis lain yang ada di Kota Pekanbaru. Pasca
PRRI
eksistensi kelompok etnis ini menguat setelah beberapa tokoh
masyarakatnya memiliki jabatan penting di pemerintahan, terutama pada
masa
Kaharuddin Nasution menjadi
Penguasa Perang Riau Daratan.
Sementara masyarakat Tionghoa dengan rata-rata bakat
entrepreneur yang kuat menguasai perdagangan skala besar di Kota Pekanbaru. Kopi Kim Teng saat ini menjadi
trademark kopi asal Pekanbaru, yang dirintis oleh Kim Teng, seorang
veteran pejuang Tionghoa masa kemerdekaan di Pekanbaru.
Tahun |
1930 |
1954 |
1961 |
1971 |
1990 |
2000 |
2005 |
2006 |
2007 |
2008 |
Jumlah penduduk |
2.990 |
28.314 |
70.821 |
145.030 |
398.694 |
587.842 |
720.197 |
754.467 |
779.899 |
799.213 |
Sejarah kependudukan kota Pekanbaru
Sumber:[18][19] |
Agama
Komposisi agama di Kota Pekanbaru |
Agama |
Jumlah (%) |
Islam |
84,8 |
Kristen |
9,6 |
Buddha |
3,46 |
Katolik |
1,25 |
Lain-lain |
0,89 |
Sumber: Sensus 2010 |
Agama
Islam merupakan salah satu
agama yang dominan dianut oleh masyarakat Kota Pekanbaru, sementara pemeluk agama
Kristen,
Buddha,
Katolik,
Khonghucu dan
Hindu juga terdapat di kota ini.
Sebagai bagian dalam pembangunan kehidupan beragama, Kota Pekanbaru tahun 1994, ditunjuk untuk pertama kalinya menyelenggarakan
Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-17. Pada perlombaan membaca
Al-quran
ini, jika sebelumnya diikuti oleh satu orang utusan, untuk setiap
wilayah provinsi, maka pada MTQ ini setiap provinsi mengirimkan 6 orang
utusan.
[20]
Pemerintahan
Pasca PRRI
Kota Pekanbaru secara administratif dipimpin oleh seorang
wali kota. Efektifitas pemerintahan kota di Pekanbaru adalah setelah berakhirnya peristiwa
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, walau pada
14 Mei 1958 OKM Jamil telah ditunjuk menjadi Walikota Pekanbaru, namun pengaruh
perang saudara membuat roda pemerintahan jadi tidak menentu. Pada
9 November 1959, kembali ditunjuk
Datuk Wan Abdul Rahman sebagai wali kota berikutnya, yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Kampar. Selanjutnya pada
29 Maret 1962, digantikan oleh
Tengku Bay, yang sebelumnya juga menjabat sebagai Bupati Indragiri.
Orde baru
Dimulainya dengan menguatnya pemerintahan
Orde Baru,
membawa beberapa perubahan pada sistem pemerintahan dalam Provinsi
Riau, termasuk Kota Pekanbaru. Dominasi militer mulai mengambil peran
dalam pemerintahan serta ditambah dengan munculnya hegemoni satu
kekuatan politik juga mewarnai pemerintahan Kota Pekanbaru. Selanjutnya
pada
1 Juni 1968, diangkat
Raja Rusli B.A. sebagai wali kota sampai tanggal
10 Desember 1970, dan digantikan oleh
Drs. Abdul Rahman Hamid, yang memeintah lebih dari 10 tahun.
Kemudian pada masa berikutnya mulai diterapkan penertiban periode pemerintahan kota, dan pada
5 Juli 1981, terpilih
Ibrahim Arsyad, S.H., pada
21 Juli 1986 digantikan oleh
Drs. Farouq Alwi, berikutnya pada
22 Juli 1991 terpilih
H. Oesman Effendi Apan, S.H., memerintah selama dua periode.
Otonomi daerah
Memasuki era pemerintahan
otonomi daerah yang lebih luas, telah menimbulkan
euforia yang berlebihan pada beberapa kelompok masyarakat di Pekanbaru, kecendrungan tertentu terutama berkaitan dengan
politik dan
ekonomi, mendorong masyarakatnya berlaku
diskriminasi. Klaim beberapa kelompok masyarakatnya atas keutamaan mereka dibandingkan kelompok lainnya, dapat menjadi
api dalam sekam, jika dibiarkan akan dapat menimbulkan disintegrasi pada masyarakat Kota Pekanbaru.
[21]
Pada tahun 2001 terpilih
Drs. H. Herman Abdullah M.M.
sebagai wali kota, memerintah selama dua periode, ia termasuk salah
satu wali kota yang berhasil dalam menertibkan sistem birokrasi
pemerintahan Pekanbaru, sehingga mampu meningkatkan pelayanan kepada
masyarakatnya.
[22] Namun pada tahun
2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh
Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan
Kota Cirebon. Hal ini dilihat dari
Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat
korupsi pemerintah daerah di Indonesia. Pekanbaru mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10.
Pemilihan langsung
Pada tanggal
21 Juni 2006 dilaksanakan pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung, dengan dua pasangan calon yang ikut serta yaitu
Erwandy Saleh -
Ayat Cahyadi yang diusung oleh
Partai Keadilan Sejahtera dan
Herman Abdullah -
Erizal Muluk yang diusung oleh
Golkar.
[23]
Pada tanggal
18 Mei 2011 untuk kedua kalinya diselenggarakan pemilihan wali kota dan wakilnya secara langsung oleh masyarakat Pekanbaru,
H. Firdaus S.T., M.T. terpilih dengan suara terbanyak,
[24] namun berdasarkan putusan
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia hasil tersebut dibatalkan dan mesti diadakan pemungutan suara ulang (PSU).
[25] Untuk mengisi kekosongan pemerintahan kota, Gubernur Riau
Drs. H. Rusli Zainal mengangkat
Dr. H. Syamsurizal S.E., M.M., sebagai pelaksana tugas (Plt) Walikota Pekanbaru.
[26]
Kemudian berdasarkan PSU tanggal
21 Desember 2011,
[27]
Firdaus kembali memenangi pemilihan kepala daerah Kota Pekanbaru ini,
walau dalam pelaksanaan PSU tersebut hanya 253.232 masyarakat atau 49 %
saja yang menggunakan hak pilihnya.
[28]
Perwakilan
Dari hasil Pemilu Legislatif 2009, jumlah anggota DPRD kota Pekanbaru adalah sebesar 45 orang
[29][30] yang tersusun atas perwakilan 12 partai.
[31]
Kemudian untuk struktur pimpinan DPRD Kota Pekanbaru disusun atas ketua
(Fraksi Partai Demokrat), dan tiga wakil ketua (Fraksi PG, Fraksi PKS
dan Fraksi PAN).
[32]
Perekonomian
Perkembangan perekonomian Pekanbaru, sangat dipengaruhi oleh kehadiran perusahaan minyak, pabrik
pulp
dan kertas, serta perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya.
Kota Pekanbaru pada triwulan I 2010 mengalami peningkatan inflasi
sebesar 0.79%, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
0.30%. Berdasarkan kelompoknya, inflasi terjadi hampir pada semua
kelompok barang dan jasa kecuali kelompok sandang dan kelompok kesehatan
yang pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi masing-masing
sebesar 0.88% dan 0.02%. Secara tahunan inflasi kota Pekanbaru pada
bulan Maret 2010 tercatat sebesar 2.26%, terus mengalami peningkatan
sejak awal tahun 2010 yaitu 2.07% pada bulan Januari 2010 dan 2.14% pada
bulan Februari 2010.
[33]
Posisi Sungai Siak sebagai jalur perdagangan Pekanbaru, telah
memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekomoni kota
ini. Penemuan cadangan
minyak bumi
pada tahun 1939 memberi andil besar bagi perkembangan dan migrasi
penduduk dari kawasan lain. Sektor perdagangan dan jasa saat ini menjadi
andalan Kota Pekanbaru, yang terlihat dengan menjamurnya pembangunan
ruko pada jalan-jalan utama kota ini. Selain itu, muncul beberapa pusat
perbelanjaan modern, diantaranya:
Plaza Senapelan,
Plaza Citra,
Plaza Sukaramai,
Mal Pekanbaru,
Mal SKA,
Mal Ciputra Seraya,
[34] Lotte Mart, Metropolitan Trade Center,
The Central,
Ramayana dan
Giant.
Walau di tengah perkembangan pusat perbelanjaan modern ini, pemerintah
kota terus berusaha untuk tetap menjadikan pasar tradisional yang ada
dapat bertahan, di antaranya dengan melakukan peremajaan, memperbaiki
infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.
[35] Beberapa
pasar
tradisional yang masih berdiri, antara lain Pasar Bawah, Pasar Raya
Senapelan (Pasar Kodim), Pasar Andil, Pasar Rumbai, Pasar Limapuluh dan
Pasar Cik Puan.
[36]
Sementara dalam pertumbuhan bidang industri di Kota Pekanbaru terus
mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar
3,82 %, dengan kelompok industri terbesar pada sektor industri logam,
mesin, elektronika dan aneka, kemudian disusul industri pertanian dan
kehutanan. Selain itu beberapa investasi yang ditanamkan di kota ini
sebagian besar digunakan untuk penambahan bahan baku, penambahan
peralatan dan perluasan bangunan, sebagian kecil lainnya digunakan untuk
industri baru.
[37]
Kesehatan
Kota Pekanbaru memiliki beberapa
rumah sakit
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Dalam memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, pemerintah Pekanbaru mencoba melengkapi
sarana dan prasarana yang ada saat ini diantaranya akan membangun gedung
baru untuk
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
yang saat ini baru memiliki 264 kamar untuk rawat inap. Dengan
selesainya bangunan tersebut, kapasitas rawat inap RSUD Arifin Achmad,
akan bertambah menjadi 400 kamar.
[38] Sementara kehadiran rumah sakit yang dikelola oleh pihak swasta di kota ini cukup signifikan antara lain
Rumah Sakit Santa Maria yang sebelumnya bernama Balai Pengobatan Santa Maria,
[39] Rumah Sakit Ibnu Sina yang didirikan oleh YARSI Riau kemudian dikelola oleh PT. Syifa Utama,
[40] Rumah Sakit Awal Bros,
[41] Rumah Sakit Bina Kasih,
Pekanbaru Medical Centre (PMC) dan
Eka Hospital.
Sampai tahun 2006 penyebaran dan pelayanan
puskesmas
di kota Pekanbaru masih belum merata terhadap masyarakatnya yaitu
dengan ratio 1,99. Sementara persentase kunjungan penduduk memanfaatkan
puskesmas baru sekitar 19 %. Hal ini dimungkinkan telah banyaknya rumah
sakit swasta yang memberikan pelayanan yang lebih baik.
[42]
Pendidikan
Beberapa perguruan tinggi juga terdapat di kota ini, di antaranya adalah
Universitas Riau,
UIN Suska,
Universitas Muhammadiyah Riau,
Universitas Islam Riau, dan
Universitas Lancang Kuning. Sampai tahun 2008, di Kota Pekanbaru baru sekitar 13,87 % masyarakatnya dengan pendidikan tamatan
perguruan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar 37,32 %. Sedangkan tidak memiliki
ijazah sama sekali sebanyak 12,94 % dari penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke atas.
[43]
Perpustakaan Soeman Hs merupakan
perpustakaan
pemerintah provinsi Riau, didirikan untuk penunjang pendidikan
masyarakat Pekanbaru khususnya dan Riau umumnya. Perpustakaan ini
terletak di jantung Kota Pekanbaru, termasuk salah satu perpustakaan
"termegah di Indonesia", dengan arsitektur yang unik serta telah
memiliki koleksi 300 ribu buku sampai tahun
2008.
[44] Nama perpustakaan ini diabadikan dari nama seorang
guru dan
sastrawan Riau,
Soeman Hasibuan.
[45]
Pelayanan umum
Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik dimasa mendatang,
pemerintah kota Pekanbaru telah mengusahakan pembebasan lahan seluas 40
ha untuk pembangunan
PLTU Tenayan Raya.
[48]
Sementara untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah kota
melalui PDAM memanfaatkan air permukaan dari Sungai Siak yang mempunyai
kapasitas 5000 liter/detik sebagai sumber air baku bagi Instalasi
Pengolah Air Bersih, yang terpasang dengan kapasitas 380 liter/detik.
Selanjutnya sistem pengolahan penuh dan chlorinasi digunakan untuk
memproduksi air bersih dengan kapasitas 350 liter/detik. Dari kapasitas
produksi yang ada, telah terdistribusi dalam 18.660 unit Sambungan Rumah
(SR) dan 45 Hidran Umum (HU). Setiap SR rata-rata digunakan 5 – 6 orang
dan HU dapat digunakan 100 orang. Fasilitas ini memang belum mencukupi
kebutuhan keseluruhan masyarakat kota ini, sehingga sebagian besar
masyarakat masih memanfaatkan secara langsung air permukaan dari sungai
Siak tersebut.
[49]
Saat ini pemerintah kota telah menetapkan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di 2 lokasi dengan metode
open dumping,
yaitu kawasan Limbungan seluas 5 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman
19 km dan Kulim seluas 3 Ha dengan jarak dari kawasan pemukiman 8 km.
Selain itu gerobak sampah masih digunakan untuk pengumpulan tak
langsung, jumlah total gerobak yang ada saat ini adalah 305 buah dengan
kapasitas rata-rata 1 m³ untuk melayani pengumpulan individual pada 5
wilayah pengumpulan. Sarana pemindahan yang ada berupa bak sampah
pasangan batu-bata dan pelat baja sebanyak 32 buah dengan daya tampung
157.5 m³. Saat ini kapasitas penampungan TPS baru mencapai 8 % terhadap
total timbunan yang ada. Untuk armada angkutan pengambilan sampah
langsung digunakan truk bak terbuka, jumlah pengangkutan yang dilakukan
adalah 2 – 3 kali per harinya, sehingga kapasitas pengangkutan baru
mencapai 20 %. Sedangkan setiap harinya terdapat 170 m³ timbunan sampah,
sehingga jumlah sampah yang telah dikelola dan terangkut sampai ke TPA
baru mencapai 120 m³/hari atau sekitar 60 %.
[49]
Daerah kota Pekanbaru yang memiliki ketinggian antara 1 sampai 20
meter dengan curah hujan dalam klasifikasi sedang, yaitu antara 100-200
per bulan. Secara umum permasalahan banjir di kota ini adalah masalah
genangan air, baik akibat adanya limpasan dari saluran drainase yang ada
maupun akibat terhambatnya pengaliran air. Saluran drainase yang ada
saat ini baru mencakup 13.930 Ha, yang terdiri dari sistem drainase
besar sepanjang 10.123
meter, sistem drainase kecil sepanjang 15.456 m dan sistem drainase tersier sepanjang 7.789 m.
[49]
Pemerintah kota saat menetapkan pengembangkan kawasan permukiman perkotaan ke arah ke selatan, timur dan barat kota (
kecamatan Tampan,
kecamatan Marpoyan Damai,
kecamatan Bukit Raya,
kecamatan Tenayan Raya, dan
kecamatan Payung Sekaki). Sedangkan
Kecamatan Senapelan,
Kecamatan Sukajadi,
Kecamatan Sail dan
Kecamatan Limapuluh sebagai kawasan
perdagangan dan
jasa dengan skala pelayanan regional dan internasional, perumahan perkotaan (
town house
dan apartemen), yang diintegasikan dengan sistem jaringan transportasi
massal dan sistem jaringan transportasi regional melalui jalan tol,
akses ke bandara dan pelabuhan di Sungai Siak.
Perhubungan
Jalan Tuanku Tambusai, salah satu jalan utama di Pekanbaru
Pekanbaru dihubungkan oleh jaringan jalan yang tersambung dari arah
Padang di sebelah barat,
Medan di sebelah utara, dan
Jambi di sebelah selatan.
Terminal Bandar Raya Payung Sekaki
merupakan pusat pelayanan transportasi antar kota dan antar provinsi,
yang telah direncanakan pemerintah setempat menjadi sarana orientasi dan
perpindahan antar moda transportasi dengan akses ke sistem jaringan
transportasi regional, bandara, dan pelabuhan.
Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi salah satu bandar udara tersibuk di Sumatera dan dicanangkan akan menjadi salah satu bandara internasional di pulau
Sumatera.Berdasarkan data yang diperoleh dari situs
Angkasa Pura II
pada tahun 2008 penumpang yang melalui bandara ini mencapai angka 1,8
Juta penumpang per tahun, menempatkan bandara ini sebagai bandara
tersibuk ketiga di regional Sumatera setelah
Bandara Polonia,
Medan dan
Bandara Hang Nadim,
Batam.
Pelabuhan Pekanbaru yang terletak di tepi
Sungai Siak
dan berjarak 96 mil ke muara sungai, menjadi sarana transportasi untuk
komoditi ekspor seperti kelapa sawit. Selain itu, pelabuhan ini juga
menghubungkan Pekanbaru dengan kawasan di
Kepulauan Riau, seperti
Tanjungpinang dan
Batam.
Selain itu,
Transmetro Pekanbaru
merupakan sarana transportasi massal jalur darat di Kota Pekanbaru,
sekaligus sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat
kemacetan di kota ini.
Pada masa pendudukan tentara
Jepang, dilakukan pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Pekanbaru menuju
Padang melalui
Sawahlunto. Proyek ini sebelumnya telah direncanakan pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda dan diselesai pada 15 Agustus 1945,
[50][51] walau sampai sekarang jalur ini tidak pernah diaktifkan lagi.
Pariwisata
Kota Pekanbaru memiliki beberapa bangunan dengan ciri khas arsitektur Melayu diantaranya bangunan
Balai Adat Melayu Riau
yang terletak di jalan Diponegoro, Bangunan ini terdiri dari dua
lantai, di lantai atasnya terpampang beberapa ungkapan adat dan
pasal-pasal
Gurindam Dua Belas karya
Raja Ali Haji sastrawan keturunan
Bugis.
[52]
Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama dapat dibaca pasal
1 - 4, sedangkan pasal 5 – 12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam
ruangan utama. Kemudian di jalan Sudirman terdapat
Gedung Taman Budaya Riau,
gedung ini berfungsi sebagai tempat untuk pagelaran berbagai kegiatan
budaya dan seni Melayu Riau dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sementara
bersebelahan dengan gedung ini terdapat
Museum Sang Nila Utama, merupakan
museum
daerah Riau yang memiliki berbagai koleksi benda bersejarah, seni, dan
budaya. Museum ini menyandang nama seorang tokoh legenda dalam
Sulalatus Salatin, pendiri
Singapura. Selanjutnya
Anjung Seni Idrus Tintin salah satu ikon budaya di Kota Pekanbaru, merupakan bangunan dengan arsitektur tradisional, menggunakan nama seorang
seniman Riau,
Idrus Tintin, dibangun pada kawasan yang dahulunya menjadi tempat penyelengaraan MTQ ke-17.
Pada kawasan Senapelan terdapat
Masjid Raya Pekanbaru yang sebelumnya dikenal dengan nama
Masjid Alam,
[53] dibangun sekitar abad ke-18 dengan gaya arsitektur tradisional dan merupakan
masjid tertua di Kota Pekanbaru.
[54] Sementara
Tradisi Petang Megang disaat memasuki bulan
Ramadhan telah dilakukan sejak masa
Kesultanan Siak masih tetap diselenggarakan oleh masyarakat Kota Pekanbaru.
Pada tahun 2011, masyarakat
Pariaman untuk pertama kalinya mengadakan pesta budaya
Tabuik di Pekanbaru. Seperti hal di daerah asalnya, perayaan ini diselenggarakan pada bulan
Muharram, untuk memperingati peristiwa
Pertempuran Karbala. Meski bukan tradisi lokal, hal ini menunjukkan keanekaragaman sekaligus salah satu iven untuk pengembangan sektor pariwisata.
[55] Sementara setiap tahunnya, komunitas
Tionghoa di Pekanbaru juga menyelenggarakan perayaan
Tahun Baru Imlek, kemudian ditutup dengan perayaan
Cap Go Meh. Pesta ini umumnya dipusatkan di kawasan Senapelan terutama pada beberapa
vihara di antaranya
Vihara Dharma Loka atau
Vihara Tridharma Dewi Sakti.
Olahraga
PSPS Pekanbaru merupakan klub utama sepak bola yang dimiliki oleh kota ini, dan bermarkas di
Stadion Kaharudin Nasution Rumbai. Namun pada tahun 2010 stadion ini direnovasi, karena stadion ini juga persiapkan sebagai salah satu
venue pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII 2012 Riau. Sehingga pada kompetisi
LSI, PSPS untuk sementara waktu pada pertandingan kandang menggunakan
Stadion Agus Salim[56] dan
Stadion Kuansing.
[57]
Sejak tahun 2009 kota ini mulai membenahi berbagai fasilitas olahraga
setelah provinsi Riau terpilih sebagai tuan rumah penyelenggara PON
XVIII dan kualifikasi Piala Asia U-22 tahun 2012, serta
Islamic Solidarity Games 2013. Untuk menyambut perhelatan akbar tersebut, Pekanbaru membangun
Stadion Utama Riau dengan kapasitas 43.923 kursi.
[58]
Selain itu, Lapangan Golf tersebar di beberapa tempat pada kawasan kota
ini, antara lain Pekanbaru Golf Course Country Club di Kubang Kulim,
Simpang Tiga Golf Course di Kompleks AURI, Rumbai Golf Course di
Kompleks IKSORA Rumbai, dan Lapangan Golf Labersa di Kompleks Labersa.
Pers dan Media
Di Kota Pekanbaru telah berdiri TVRI Riau sejak tahun 1997, sementara
Pekanbaru TV
merupakan stasiun televisi swasta pertama di kota ini, walau sempat
mengudara pada tahun 2000, namun beberapa tahun kemudian ditutup karena
masalah keuangan.
Riau TV
yang berada dalam konsorsium Group Jawa Post, mengudara sejak tahun
2001, beberapa tahun kemudian berafiliasi dengan RTM-1 milik Malaysia.
RRI Pekanbaru merupakan stasiun radio penyiaran milik pemerintah yang
didirikan tahun 1959, dan memainkan peranan penting selepas berakhirnya
PRRI. Sementara beberapa stasiun radio swasta juga terdapat di kota ini yang tergabung dalam PRSSNI Riau.
Genta merupakan surat kabar lokal pertama yang terbit di
Pekanbaru tahun 1979, surat kabar ini beroplah 2 ribuan dan disponsori
oleh pemerintah provinsi Riau waktu itu.
[59] Saat ini beberapa media cetak jenis surat kabar yang cukup banyak dikenal masyarakat Kota Pekanbaru antara lain:
Haluan Riau,
Riau Pos,
Tribun Pekanbaru,
Pekanbaru Pos,
Pekanbaru MX dan
Koran Riau.
Selain itu di Pekanbaru juga banyak hadir media-media online salah satunya adalah :
Gotoriau.com yang menampilkan info-info populer seputar Pekanbaru pada khususnya dan Riau pada umumnya.
Galeri
-
Suasana Jalan Tuanku Tambusai
-
Suasana pertokoan di Jalan Tuanku Tambusai Pekanbaru
-
Suasana jalan Duyung, salah satu jalan di Pekanbaru
-
Suasana Jalan Tuanku Tambusai pada tanggal 18 November 2011